EPIDEMIOLOGI
DESKRIPTIF
Epidemiologi deskirptiif adalah
studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk menggambarkan masalah
kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan frekuensi,
distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut
segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu)
Studi Deskriptif disebut juga studi
prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik ayng dapat dilakukan
suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada
sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah
studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka
disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor
penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang
atau cross sectional
Tujuan epidemiologi deskriptif
adalah :
1. Untuk menggambarkan
distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga kelompok mana di
masyarakat yang paling banyak terserang.
2. Untuk memperkirakan
besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3. Untuk mengidentifikasi
dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah kesehatan
(menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Kategori berdasarkan unit pengamatan
atau analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2 yaitu:
- Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).
- Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong Lintang (Cross-sectional).
Adapun Ciri-ciri studi deskriptif
sebagai berikut:
1. Bertujuan
untukmenggambarkan
2. Tidak terdapat kelompok
pembanding
3. Hubungan sebab akibat
hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi
4. Hasil penelitiannya
berupa hipotesis
5. Merupakan studi
pendahluan untuk studi yang mendalam
Hasil penelitian deskriptif dapat di
gunakan untuk:
1. Untuk menyusun
perencanaan pelayanan kesehatan
2. Untuk menentukan dan
menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan
3. sebagai bahan untuk
mengadakan penelitain lebih lanjut
4. Untuk Membandingkan
frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau satu wil
dalam waktu yang berbeda.
Konsep yang terpenting juga dalam
studi epidemiologi deskriptif adalah bagaimana menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal
tersebut mengacu pada variabel-variabel segitiga epidemiologi terdiri dari
orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
- Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan
umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status
perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
- Umur
Umur adalah variabel yang selalu
diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka
kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat
membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan
umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah
panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan
peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur
dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur
yang tepat pada masyarakat pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya
memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan
sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan
keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.
- Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri
menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan
angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua golongan umur.
Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian
ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang
terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua
diduga oleh karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria
mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan
pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan
yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan
kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia
keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada
kalangan pria.
- Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang
sering pula dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel
ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh
unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh
ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas
sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan
ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris,
penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang
yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga
setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan
seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan
dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau
kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis
kelamin.
- Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan
didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni
a. Adanya faktor-faktor
lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang
penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c. Ada tidaknya “gerak
badan” didalam pekerjaan;
d. Karena berkerumun di satu
tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.
penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing
tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis
pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit
kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis
pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit
dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.
- Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai
hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transport, dan sebagainya.
- Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan
makan, susunan genetika, gaya
hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka
kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian
suatu penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus
distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang
dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
.
- Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai
dan janda; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian
karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada
yang tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan
orang-orang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang
tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya
perbedaan-perbedaan dalam gaya
hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.
- Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin,
anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh
banyak orang.
- Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai
pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya tanggungan
secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang
luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan
anggota-anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga
yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai
gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan
sebagainya.
- Paritas
Tingkat paritas telah menarik
perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan
umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah
lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat
paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum,
pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.
- Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi
geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan
dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering
dilakukan antara :
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam
(pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir)
atau padang pasir)
4. Negara-negara
5. Regional
Untuk kepentingan mendapatkan
pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam
lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan.
Hal-hal yang memberikan kekhususan
pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan
lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian
diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap
pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan,
industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan
hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak
menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan
biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit
menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam
mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambar dengan jelas pada
penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola
penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor yang baru saja disebutkan
diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan selanjutnya
ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota
maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat
pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa
yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas
geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih
penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut; lihatlah
umpamanya penyakit demam berdarah.
Pentingnya pengetahuan mengenai
tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan dengan jelas
pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum
migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar
daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat)
:
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh
penduduk.
Walaupun telah dilakukan
standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit
antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas
kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu
representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya
beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih
dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi
yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang
berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan,
keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti
tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh
pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di
Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya “reservoir” infeksi
(manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan
keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana
vektor dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut
“receptive area” untuk demam kuning.
- Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu
dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam analisis epidemiologis, oleh
karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan
faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan
angka kesakitan, maka dibedakan :
1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka
kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana
perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung
dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.
- Fluktuasi Jangka Pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi
umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa
hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi
ini memberikan petunjuk bahwa :
1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.
- Perubahan-Perubahan Secara Siklus
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan
dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi
berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat
terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka
kesakitan atau kematian suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara
siklus ini adalah berhubungan dengan :
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor
sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
3. Selalu adanya kerentanan
4. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang
rentan yang
menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.
menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.
5. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan
penyakit.
6. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui.
Hilangnya atau berubahnya
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.
siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.
Penjelasan mengenai timbulnya atau
memuncaknya penyakit menular yang berdasarkan pengetahuan yang kita kenal
sebagai bukan vektor borne secara siklus masih jauh lebih kurang dibandingkan
dengan vektor borne diseases yang telah kita kenal.
Sebagai salah satu sebab yang
disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan)
dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit yang belum
diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman.
Tentunya observasi ini dapat
membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan
catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan
terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan
populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat
perkembangbiakan, perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam
berbagai aspek perilaku manusia seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan,
rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya
beberapa penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan
secara jelas.
Variasi musiman ini telah
dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari produksi, distribusi
dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan
untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama
dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.
EPIDEMIOLOGI
DALAM LAYANAN KEBIDANAN
PENGERTIAN TUJUAN DAN MANFAAT
PENGERTIAN
Epidemiologi dalam layanan kebidanan
mengkaji distribusi serta determinan peristiwa morbiditas dan mortalitas yang
terjadi dalam layanan kebidanan.
TujuanEpidemiologi kebidanan adalah
mengenali faktor-faktor resiko terhadap ibu selama peroide kehamilan
,persalinan dan masa nifas(42 hari setelah berakhirnya kehamilan beserta hasil
konsepsinya dan mempelajari cara-cara pencegahannya.
Indikator terpenting bagi kesehatan
ibu hamil adalah angka kematiann ibu (AKI,Maternal Mortality Rate) sedangkan
indikator utama bagi hasil konsepsi pada kehamilan ialah angka kematian
perinatal.Kematia ibu/Maternal ialah kematian yang terjadi pada ibu karena
kehamilan persalinan dan masa nifas,sedangkan angka kematian ibu dihitung
berdasarkan Jumlah kematian ibu disuatu
wilayah tertentu selama 1th per 100000 ribu kelahiran hidup.Kematian perinatal
adalah jumlah lahir mati dan bayi yang mati dalam minggu pertama
kehidupan.sedangkan angka kematian perinatal adalah jumlah kematian bayi
disuatu wilayah tertentu dalam 1 th per 1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu yang utama
karena perdarahan infeksi dan keracunan kehamilan.Untuk kematian perinatal
selain faktor usia ibu sebagai penyebab urutan kelahiran anak juga berpengaruh
dimana didapatkan kematian pada kelahiran pertama lebih tinggi dibanding dengan
urutan kelahiran yang kedua.
Terjadinya
Masalah kesehatan dalam pelayanan kebidanan
Dengan menggunakan paradigma
epidemiologi klasik yang menganggap terjadinya penyakit /masalah kesehatan
sebagai hasil akhir interaksi antara penjamu,agent dan lingkungan.
Dalam pelayanan kebidanan yang
dimaksud dengan :
penjamu adalahibu hamil
Agent adalah hasil konsepsi yaitu
janin/fetus yang ada dalam kandungan ibu hamil.
Lingkungan adalah lingkungan sosial
budaya serta pelayanan kesehatan yang diterima oleh ibu hamil.Apabila dalam
penyakit /masalah kesehatan agent adalah suatu faktor yang harus diupayakan
untuk dieliminasi,tapi dalam layanan kebidanan hasil konsepsi adalah sesuatu
yang harus dilindungi,agar tidak menimbulkan masalah kesehatan.
Faktor-Faktor
Resiko Dalam Pelayanan Kebidanan
Faktor-faktor resiko bagi kematian ibu dikelompokkan
menjadi 4 kategori :
1.Faktor –faktor reproduksi
a.
Usia
b.
Paritas
c.
Kehamilan yang tak diinginkan
2.Faktor-faktor komplikasi kehamilan
a.
Perdarahan pada abortus spontan
b.
Kehamilan ektopik
c.
Perdarahan pada trimester III kehamilan
d.
Infeksi nifas
e.
Gestosis
f.
Distosia
g.
Abortus profokatus
3.Faktor pelayanan kesehatan
a)
Kesukaran untuk mendapat pelayanan medis
b)
Asuhan medis yang kurang baik
c)
Kekurangan tenaga terlatih dan obat-obat esensial
4.Faktor sosia budaya
1.
kemiskinan dan ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik
2.
ketidak tahuan dan kebodohan
3.
kesulitan transportasi
4.
status wanita yang rendah
5.
pantangan makanan tertentu pada wanita hamil
Untuk menangani masalah kesehatan
ibu Depkes dengan bantuan WHO,UNICEF dan UNDP sejak th1990-1991 telah
melaksanakan program safe motherhood,Upaya intervensi dalam program tersebut
dinamakan 4 pilar Safe motherhood adalah :
1.
Keluarga berencana
2.
Pelayanan ANC
3.
Persalinan yang aman
4.
Pelayanan kebidanan esensiall