BAB III
INDIKATOR PEMANTAUAN
Indikator pemantauan program KIA
yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan
kegiatan pokok dalam program KIA, seperti yang diuraikan dalam BAB II.
Sasaran yang digunakan dalam PWS
KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah (misalnya:
Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten memakai sasaran
kabupaten).
1. Akses pelayanan
antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang
pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
|
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan
antenatal oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1
tahun
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh
melalui Proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu
hamil dengan menggunakan rumus :
1,10 X angka
kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka
terakhir CBR kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat
Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka
dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga
dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 – 2011
(Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk
menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X di kabupaten Y yang
mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten Y
27,0/1.000 penduduk, maka :
Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
Jadi sasaran ibu hamil di
desa/kelurahan X adalah 59 orang.
- 1. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi
waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada
trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu
wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
Rumus yang dipergunakan adalah :
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal
minimal 4 kali sesuai standar
|
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
- 2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
Adalah cakupan ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat
diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini
menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai
standar.
Rumus yang digunakan sebagai
berikut :
Jumlah persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu wilayah
|
kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam
1 tahun
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan
menggunakan rumus :
1,05 X angka
kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Contoh : untuk
menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan X di kabupaten Y
yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan angka CBR terakhir
kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk maka :
Jumlah ibu
bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.
Jadi sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56
orang.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan
(KF3)
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai
dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan
distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu
nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program
KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan
nifas sesuai standar oleh
|
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu
bersalin.
- 5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat
diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah
sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam
|
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan
berdasarkan jumlah perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah
sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di
suatu desa Z di Kota Y Propinsi X yang mempunyai
penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000 penduduk, maka :
Jumlah bayi =
0,0248 x 1500 = 37,2.
Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.
- 6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke
3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan
kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan
kunjungan neonatal
|
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
- 7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau
komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau
masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil,
bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran
serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan
ibu hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah ibu hamil yang
berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau masyarakat
|
di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
20% x jumlah sasaran ibu
hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun
- 8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir
untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil
bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan
definitif di suatu
|
wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
20% x jumlah sasaran ibu
hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
- 9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar
dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan
definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus
yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang
ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau
mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan dalam menangani kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yang
kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus dengan
komplikasi yang mendapat penanganan definitif di suatu
|
wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
15 % x jumlah sasaran bayi di
suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
- 10. Cakupan kunjungan bayi (29 hari – 11 bulan)
Adalah cakupan bayi yang
mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari –
2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan
1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat
diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.
Rumus yang dipergunakan adalah
sebagai berikut :
Jumlah bayi yang telah
memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar
|
di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi
di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
- 11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan).
Adalah cakupan anak balita (12 –
59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi
pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 x
setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun
Rumus yang digunakan adalah :
Jumlah anak balita yg memperoleh
pelayanan sesuai standar disuatu wilayah kerja
Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun |
- 12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang
berobat ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS)
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang digunakan adalah :
Jumlah anak balita sakit yg
memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di
Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun |
|
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita
sakit yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat
pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS
- 13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang
masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan
jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama
yang masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada
|
kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun