POST PARTUM BLUES
DEFINISI
·
Post partum blues
adalah keadaan depresi secara fisik maupun psikis pada ibu yang dapat terjadi
beberapa hari setelah kelahiran dan bias berlanjut satu bulan kemudian.
(chairulsjah)
·
Post partum blues
adalah depresi ringan yang ditunjukkan oleh ibu beberapa hari setelah
melahirkan (obstetry William).
Kesimpulan definisi :
Post partum blues adalah tidak berhasilnya
penyesuaian diri secara fisik maupun psikis pada ibu yang dapat terjadi
beberapa hari setelah ibu melahirkan sampai kira-kira satu bulan kemudian.
ETIOLOGI
1.
faktor hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesterone,
prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen
turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek
supresi monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
baik adrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian
depresi.
2.
faktor demografik
yaitu umur dan paritas
3.
pengalaman dalam
proses kehamilan dan persalinan
4.
latar belakang
psikososial wanita yang bersangkutan, sepert:
·
tingkat pendidikan
·
status perkawinan
·
kehamilan yang tidak
diinginkan
·
riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya
·
social ekonomi serta
keadekuatan dukungan social dan lingkungannya (suami, keluarga, teman)
·
apakah suami juga menginginkan kehamilan ini
·
apakah suami, keluarga, teman memberi dukungan moril, misalnya dengan
membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu berkeluh
kesah selama ibu menjalani masa kehamilannya.
5.
stress yang dapat
dikarenakan :
·
asi tidak mau keluar
·
frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis, atau gumoh
·
takut kehilangan
bayi
·
bayi sakit
·
rasa bosan dari ibu
·
problem dengan anak
pertama
GEJALA
- menangis tanpa sebab ( sangat emosional, sedih, hilang semangat, cemas, kurang percaya diri )
- kehilangan nafsu makan
- sulit tidur / gelisah
- khawatir dengan bayinya
- marah tanpa sebab
- sensitive / mudah tersinggung
- Antara mau dan tidak mau dengan bayinya
PENANGANAN
Para ibu
yang mengalami post partum blues membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat. Dengan bantuan
dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata
kembali kegiatan ruti sehari-hari.
Dibutuhkan
pendekatan yang menyeluruh dalam penanganan para ibu yang mengalami post partum
blues, pengobatan medis, konseling emosional, pendekatan – pendekatan praktis.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis secara bersama-sama,
dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga, dan juga teman
dekatnya.
DEPRESI PADA IBU HAMIL DAN IBU NIFAS
I.
PENGERTIAN
Depresi adalah suatu
keadaan mental, mood, yang menurun yang ditandai dengan kesedihan, perasaan
putus asa, dan tidak bersemangat. Depresi juga da[pat dikatakan perasaan murung
yang biasa hingga gangguan distimik menjadi gangguan depresif mayor. Dalam banyak
cara menunjukkan rasa kesedihan yang mengikuti rasa kehilangan simpati, sering
terdapat perasaan bersalah dan menyalahkan didi sendiri, menarik diri dari
kontak interpersonal dan gejala somatic seperti gangguan tidur dan makan (kamus
Dorland.2002)
Depresi adalah suatu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh
diri.(buku ilmiah kedokteran jiwa darurat : 227)
Depresi post partum adalah
keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis ringan sesaat dan perasaan
sedih selama sepuluh hari pertama setelah melahirkan. (liewellin
jones.1994.H:367)
Depresi post partum
merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan, mungkin seorang ibu baru akan merasa
benar-benar tidak berdaya dan merasa sebab kurang mampu, tertindih oleh beban
tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk
menghilangkan perasaan itu.(Sloane dan bennedict, 1997)
Kesimpulan
Depresi post partum merupakan gangguan
emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada sepuluh hari pertama
masa melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai enam bulan bahkan sampai
satu tahun.
II.
ETIOLOGI
Depresi post partum yidak
berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana
sekitar kehamilan dan persalinan dapat dikatakan sebagai pencetus timbulnya
emosional. Faktor lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini
adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tua
atau orang yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan dan
ketidakpuasan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah
emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variable sikap
selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan control eksternal
berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
Menurut Liewellin-Jones
(1994), karakteristik wanita yabg berisiko mengalami depresi post partum adalah
:
·
Yang mempunyai
riwayat episode depresif dalam keluarga atau riwayat pribadi
·
Yang kurang
pengalaman menjadi “orang tua” ketika masa kanak-kanak atau remaja (misalnya,
tidak mempunyai saudara kandung yang harus diperhatikan)
·
Yang mempunyai
keluarga tidak stabil aatau kasar selama masa kanak-kanak atau remaja
·
Yang kurang mendapat
dukungan positif dari suami atau pasangan selama atau setelah hamil
·
Yang ditinggalkan
oleh atau teman dekat yang dapat membantu merawat bayinya dari waktu ke waktu
·
Mungkin yang
mempunyai pengalaman negative dalam berhubungan dengan tenaga professional
kewehatan selama hamil (misalnya, kurang komunikasi dan informasi)
·
Yang pernah
mengalami kehamilan komplikasi (misalny: plasenta previa, melahirkan
preterm,dll)
Pitt (Regina,dkk.2004) juga
mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum, sebagai berikut:
I.
Factor
konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status
paritas yaitu riwayat obstetric pasien yang meliputi riwayat hamil sampai
bersalin serta apakah ada komplikasin dari kehamilan dan persalinan sebelumnya
dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara, karena berada dalam proses
adaptasi.
2.
factor fisik
perubahan fisdik setelah melahirkan dan
memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama. Perubahan hormone secara
drastic setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran
dan munculnya gejala, sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang,
progesterone naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan factor penyebab yang sudah pasti.
3.
factor psikologis
peralihan yang cepat dari keadaan :dua
menjadi satu” pada akhir kehamilan menjadi individu yaiti ibu dan anak
bergantung pada penyesuaian psikologi individu.
4.
factor social
misalnya pemukiman yang tidak memadai lebih
sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain dukungan dalam perkawinan.
Selain
itu Kruckman (Yunita dan zamralita,2001) juga mengemukakan factor penyebab
terjadinya depresi persalinan:
a.
Biologis
Depresi post partum sebagai akibat kadar
hormone seperti estrogen, progesterone, dan prolaktin yang terlalu cepat atau
terlalu lambat
b.
Karakteristik ibu,
meliputi:
·
Factor umur
Factor usia perempuan yang bersangkutan saat
kehamilan dan persalinan sering kalidikaitkan dengan kesiapan mental perempuan
tersebut untuk menjadi ibu
·
Factor pengalaman
Berdasarkan penelitian Paykel dan Inwood
(Regina,dkk.2001) mengatakan bahwa depresi post partum ini lebih banyak
ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan
segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru
bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres
·
Factor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi
menghadapi tekanan social dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan
yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah
dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka
·
Factor selama proses
persalinan
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta
intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga, sermakin
besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin
besar pula trauma yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pascasalin.
·
Factor dukungan
social
Banyak kerabat
yang membantu pada saat kehamilan. Persalinan
dan pascasalin, beban ibu karena kehamilan semakin berkurang.
III.
MACAM-MACAM
DEPRESI
Depresi secara umum
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.
Depresi reaktif
Depresi sebagai reaksi dari
suatu bencana dalam hidup yang merupakan trauma psikis yang langsung muncul
sesudah trauma tadi yang biasanya disebabkan oleh karena ditinggalkan oleh
orang yang dikasihani
2.
Depresi neurotis
Depresi yang timbul
disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri dan mekanisme pelarian diri yang
keliru dan kemudian akan banyak konflik-konflik intrapsikis
3.
Depresi psikogen
Depresi yang disebabkan
salah olah yang patologis,. Sifatnya dari periustiwa-peristiwa dan
pengalaman-pangalaman sendiri (Kartini kartono.1986.H.173)
IV.
GEJALA-GEJALA
DEPRESI
Gejala depresi selama hamil,
yaitu:
1
Triwulan I
Pada beberapa wanita reaksi psikologik dan emosional
pertama adalah kecemasan, ketakutan, dan kegusaran terhadap kehamilan.
Kebencian terhadap suami dimnifestasikan pada mual, muntah, penung, dsb. Pada
keadaan yang lebih berat ibu akan menolak kehamilannya dan mencoba untuk bunuh
diri
2
Triwulan II
Ibu yang menganggap kehamilannya merupakan suatu
identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan bahwa kehamilan merupakan
identifikasi nyata. Maka ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan : perut
bertambah besar, terasa gerakan janin.
3
Triwulan III
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan perasaan
tanggung jawab sebagai ibu pada pangurusan bayi yang akan dilahirkan. Ada 3
golongan ibu yang mungkin merasa takut dikarenakan:
-
ibu yang mempumnyai
riwayat atau pengalaman buruk pada persalinan lalu
-
multipara yang agak
berumur, merasa takut terhadap janin anak-anak diurus oleh ibu tiri
-
primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan menakutkan dari
teman lain.
(Sarwono Prawoiroharjo :538)
Gejala-gejala depresi post
partum, diantaranya:
-
kemampuan
berkonsentrasi kurang
-
tujuan dan minat terdahulu hilang, merasa kosong
-
kesepian yang tidak dapat digambarkan, merasa bahwa tidak seorangpun
mengerti
-
merasa tidak aman, merasa harus menjadi ibu seorang diri
-
berpikir obsesif tentang menjadi ibu yang jahat
-
emosi positif
berkurang
-
hilangnya rasa takut
diri bahwa secara normal tidak dapat diatasi
-
kontrol terhadap
emosi hilang
-
serangan cemas, merasa dirinya berada diambang ketidakwarasan
-
merasa takut dan bersalah akan menyakiti bayinya
-
berpikir tentang
kematian
( Hellen Varney: 273)
Ling
dan Duff (2001), jjuga mengemukakan bahwa gejala depresi postpartum yang
dialami 60% wanita hampir sama dengan gejala depresi pada umumnya, namun
depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik, antara lain:
-
mimpi buruk,
sehingga dapat mengakibatkan insomnia
-
insomnia, biasanya
timbul sebagai suatu gangguan lain yang mendasarinya, seperti kecemasan dan
depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia
-
phobia, rasa takut
yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan
atau ditekan olrh ibu, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya,
misalnya post operasi SC
-
kecemasan,
ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahuinya
-
meningkatnya
sensitivitas, periode pasca persalinan meliputi banyak sekali penyesuaian diri
dan pembiasaan diri, misalnya ibu harus belajar cara merawat bayi, kurangnya
pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri atau tuntutan yang ekstensif akan
meningkatkan sensitivitas ibu
-
perubahan mood,
depresi post partum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan,
sedih, murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia,
anoreksia,dll.
V.
PENANGANAN
Deteksi dini dipandang
sebagai perkiraan terbaik dan oleh karena itu bidan harus waspada terhadap
tanda-tanda gejala depresi awal. Serangan depresi secara bertahap dan depresi
yang terjadi harus diduga ketika ibu merasa sangat sedih tentang kemampuannya
merawat bayi secara baik.
Stress dikurangi dengan
menyediakan bantuan yang berkesinambungan. Bidan harus memastikan bahwa seluruh
anggota keluarga memperhatikan kebutuhan ibu dan tidak menuntut yang berlebih
padanya.
Depresi pada ibu pasca persalinan dapat dikurangi dengan terapi
interpersonal. Penanganan terbaik adalah denagan pendekatan biopsikospirit
sosio budaya, program ini melibatkan ibu, bayi, dan bapak,lingkungan sekitar
serta dokter aatau bidan yang mengasuh sehingga kebutuhan dasar seperti
kebutuhan dicintai, rasa aman, dan tenang dapat terpenuhi.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi depresi postpartum,
diantaranya:
-
belajar untuk lebih santai santai dan tenang
-
berusaha untuk tidur saat bayi tidur
-
menyediakan waktu
untuk berolah raga
-
jangan terlalu
berharap menjadi orangtua yang sempurna
-
jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain
-
menghilangkan rasa takut dengan berbicara dengan suami
-
pikirkan bahwa menjadi ibu seperti proses perubahan karir
-
bersikap lebih
fleksibel