Minggu, 28 Oktober 2012

POST PARTUM BLUES



POST PARTUM BLUES

DEFINISI
·         Post partum blues adalah keadaan depresi secara fisik maupun psikis pada ibu yang dapat terjadi beberapa hari setelah kelahiran dan bias berlanjut satu bulan kemudian. (chairulsjah)
·         Post partum blues adalah depresi ringan yang ditunjukkan oleh ibu beberapa hari setelah melahirkan (obstetry William).
Kesimpulan definisi :
Post partum blues adalah tidak berhasilnya penyesuaian diri secara fisik maupun psikis pada ibu yang dapat terjadi beberapa hari setelah ibu melahirkan sampai kira-kira satu bulan kemudian.

ETIOLOGI

1.      faktor hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik adrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
2.      faktor demografik yaitu umur dan paritas
3.      pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4.      latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, sepert:
·         tingkat pendidikan
·         status perkawinan
·         kehamilan yang tidak diinginkan
·         riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya
·         social ekonomi serta keadekuatan dukungan social dan lingkungannya (suami, keluarga, teman)
·         apakah suami juga menginginkan kehamilan ini
·         apakah suami, keluarga, teman memberi dukungan moril, misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu berkeluh kesah selama ibu menjalani masa kehamilannya.
5.      stress yang dapat dikarenakan :
·         asi tidak mau keluar
·         frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis, atau gumoh
·         takut kehilangan bayi
·         bayi sakit
·         rasa bosan dari ibu
·         problem dengan anak pertama

GEJALA

  1. menangis tanpa sebab ( sangat emosional, sedih, hilang semangat, cemas, kurang percaya diri )
  2. kehilangan nafsu makan
  3. sulit tidur / gelisah
  4. khawatir dengan bayinya
  5. marah tanpa sebab
  6. sensitive / mudah tersinggung
  7. Antara mau dan tidak mau dengan bayinya

PENANGANAN

            Para ibu yang mengalami post partum blues membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan ruti sehari-hari.
            Dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh dalam penanganan para ibu yang mengalami post partum blues, pengobatan medis, konseling emosional, pendekatan – pendekatan praktis. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, social dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.













DEPRESI PADA IBU HAMIL DAN IBU NIFAS


I.       PENGERTIAN
Depresi adalah suatu keadaan mental, mood, yang menurun yang ditandai dengan kesedihan, perasaan putus asa, dan tidak bersemangat. Depresi juga da[pat dikatakan perasaan murung yang biasa hingga gangguan distimik menjadi gangguan depresif mayor. Dalam banyak cara menunjukkan rasa kesedihan yang mengikuti rasa kehilangan simpati, sering terdapat perasaan bersalah dan menyalahkan didi sendiri, menarik diri dari kontak interpersonal dan gejala somatic seperti gangguan tidur dan makan (kamus Dorland.2002)
Depresi adalah suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, rasa putus asa, dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.(buku ilmiah kedokteran jiwa darurat : 227)
Depresi post partum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode menangis ringan sesaat dan perasaan sedih selama sepuluh hari pertama setelah melahirkan. (liewellin jones.1994.H:367)
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan, mungkin seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan merasa sebab kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.(Sloane dan bennedict, 1997)

Kesimpulan

Depresi post partum merupakan gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada sepuluh hari pertama masa melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai enam bulan bahkan sampai satu tahun.

II.    ETIOLOGI
Depresi post partum yidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana sekitar kehamilan dan persalinan dapat dikatakan sebagai pencetus timbulnya emosional. Faktor lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tua atau orang yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan dan ketidakpuasan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variable sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan control eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
Menurut Liewellin-Jones (1994), karakteristik wanita yabg berisiko mengalami depresi post partum adalah :
·         Yang mempunyai riwayat episode depresif dalam keluarga atau riwayat pribadi
·         Yang kurang pengalaman menjadi “orang tua” ketika masa kanak-kanak atau remaja (misalnya, tidak mempunyai saudara kandung yang harus diperhatikan)
·         Yang mempunyai keluarga tidak stabil aatau kasar selama masa kanak-kanak atau remaja
·         Yang kurang mendapat dukungan positif dari suami atau pasangan selama atau setelah hamil
·         Yang ditinggalkan oleh atau teman dekat yang dapat membantu merawat bayinya dari waktu ke waktu
·         Mungkin yang mempunyai pengalaman negative dalam berhubungan dengan tenaga professional kewehatan selama hamil (misalnya, kurang komunikasi dan informasi)
·         Yang pernah mengalami kehamilan komplikasi (misalny: plasenta previa, melahirkan preterm,dll)
Pitt (Regina,dkk.2004) juga mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum, sebagai berikut:
I.             Factor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas yaitu riwayat obstetric pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasin dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara, karena berada dalam proses adaptasi.
2.      factor fisik
perubahan fisdik setelah melahirkan dan memuncaknya gangguan mental selama 2 minggu pertama. Perubahan hormone secara drastic setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala, sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang, progesterone naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan factor penyebab yang sudah pasti.
3.      factor psikologis
peralihan yang cepat dari keadaan :dua menjadi satu” pada akhir kehamilan menjadi individu yaiti ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologi individu.
4.      factor social
misalnya pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu selain dukungan dalam perkawinan.
      Selain itu Kruckman (Yunita dan zamralita,2001) juga mengemukakan factor penyebab terjadinya depresi persalinan:
a.       Biologis
Depresi post partum sebagai akibat kadar hormone seperti estrogen, progesterone, dan prolaktin yang terlalu cepat atau terlalu lambat
b.      Karakteristik ibu, meliputi:
·         Factor umur
Factor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan sering kalidikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi ibu
·         Factor pengalaman
Berdasarkan penelitian Paykel dan Inwood (Regina,dkk.2001) mengatakan bahwa depresi post partum ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres
·         Factor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan social dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka
·         Factor selama proses persalinan
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga, sermakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin. 
·         Factor dukungan social
Banyak kerabat yang membantu pada saat kehamilan. Persalinan dan pascasalin, beban ibu karena kehamilan semakin berkurang.

III. MACAM-MACAM DEPRESI
Depresi secara umum dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.      Depresi reaktif
Depresi sebagai reaksi dari suatu bencana dalam hidup yang merupakan trauma psikis yang langsung muncul sesudah trauma tadi yang biasanya disebabkan oleh karena ditinggalkan oleh orang yang dikasihani
2.      Depresi neurotis
Depresi yang timbul disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri dan mekanisme pelarian diri yang keliru dan kemudian akan banyak konflik-konflik intrapsikis
3.      Depresi psikogen
Depresi yang disebabkan salah olah yang patologis,. Sifatnya dari periustiwa-peristiwa dan pengalaman-pangalaman sendiri (Kartini kartono.1986.H.173)

IV. GEJALA-GEJALA DEPRESI
Gejala depresi selama hamil, yaitu:
1        Triwulan I
Pada beberapa wanita reaksi psikologik dan emosional pertama adalah kecemasan, ketakutan, dan kegusaran terhadap kehamilan. Kebencian terhadap suami dimnifestasikan pada mual, muntah, penung, dsb. Pada keadaan yang lebih berat ibu akan menolak kehamilannya dan mencoba untuk bunuh diri
2        Triwulan II
Ibu yang menganggap kehamilannya merupakan suatu identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata. Maka ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan : perut bertambah besar, terasa gerakan janin.
3        Triwulan III
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab sebagai ibu pada pangurusan bayi yang akan dilahirkan. Ada 3 golongan ibu yang mungkin merasa takut dikarenakan:
-          ibu yang mempumnyai riwayat atau pengalaman buruk pada persalinan lalu
-          multipara yang agak berumur, merasa takut terhadap janin anak-anak diurus oleh ibu tiri
-          primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan menakutkan dari teman lain.
(Sarwono Prawoiroharjo :538)
Gejala-gejala depresi post partum, diantaranya:
-          kemampuan berkonsentrasi kurang
-          tujuan dan minat terdahulu hilang, merasa kosong
-          kesepian yang tidak dapat digambarkan, merasa bahwa tidak seorangpun mengerti
-          merasa tidak aman, merasa harus menjadi ibu seorang diri
-          berpikir obsesif tentang menjadi ibu yang jahat
-          emosi positif berkurang
-          hilangnya rasa takut diri bahwa secara normal tidak dapat diatasi
-          kontrol terhadap emosi hilang
-          serangan cemas, merasa dirinya berada diambang ketidakwarasan
-          merasa takut dan bersalah akan menyakiti bayinya
-          berpikir tentang kematian
( Hellen Varney: 273)
      Ling dan Duff (2001), jjuga mengemukakan bahwa gejala depresi postpartum yang dialami 60% wanita hampir sama dengan gejala depresi pada umumnya, namun depresi postpartum mempunyai karakteristik yang spesifik, antara lain:
-          mimpi buruk, sehingga dapat mengakibatkan insomnia
-          insomnia, biasanya timbul sebagai suatu gangguan lain yang mendasarinya, seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia
-          phobia, rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan olrh ibu, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya, misalnya post operasi SC
-          kecemasan, ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya
-          meningkatnya sensitivitas, periode pasca persalinan meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri, misalnya ibu harus belajar cara merawat bayi, kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri atau tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu
-          perubahan mood, depresi post partum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih, murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anoreksia,dll.


V.    PENANGANAN
Deteksi dini dipandang sebagai perkiraan terbaik dan oleh karena itu bidan harus waspada terhadap tanda-tanda gejala depresi awal. Serangan depresi secara bertahap dan depresi yang terjadi harus diduga ketika ibu merasa sangat sedih tentang kemampuannya merawat bayi secara baik.
Stress dikurangi dengan menyediakan bantuan yang berkesinambungan. Bidan harus memastikan bahwa seluruh anggota keluarga memperhatikan kebutuhan ibu dan tidak menuntut yang berlebih padanya.
Depresi pada ibu pasca persalinan dapat dikurangi dengan terapi interpersonal. Penanganan terbaik adalah denagan pendekatan biopsikospirit sosio budaya, program ini melibatkan ibu, bayi, dan bapak,lingkungan sekitar serta dokter aatau bidan yang mengasuh sehingga kebutuhan dasar seperti kebutuhan dicintai, rasa aman, dan tenang dapat terpenuhi.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi depresi postpartum, diantaranya:
-          belajar untuk lebih santai santai dan tenang
-          berusaha untuk tidur saat bayi tidur
-          menyediakan waktu untuk berolah raga
-          jangan terlalu berharap menjadi orangtua yang sempurna
-          jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain
-          menghilangkan rasa takut dengan berbicara dengan suami
-          pikirkan bahwa menjadi ibu seperti proses perubahan karir
-          bersikap lebih fleksibel